Day #23: Sparks
Beberapa waktu lalu, seorang teman pernah menolak untuk dijodohkan. Teman saya ini seorang pria yang telah berumur di pertengahan 30 dan belum menikah. Wanita yang dicoba dijodohkan dengannya kurang lebih berusia sama.
Setelah beberapa kali pertemuan dan saling berkomunikasi melalui telepon dan juga sms, teman saya menolak untuk melanjutkannya lebih dalam lagi. Ia beralasan, "Nggak euy. Nggak ada sparknya. Buat apa dipaksakan?"
Sebuah reaksi alamiah ketika dua manusia saling menemukan ketertarikannya. Namun percikan ini juga ternyata juga tidak mudah untuk menemukannya.
Percikan ini biasa datang tak diundang dan mungkin juga pulang tak diantar. Sama seperti jelangkung. :D Percikan datang bisa kapan saja dan dimana saja.
Karena dimensinya yang tidak besar, kehadiran percikan kerap terlambat disadari. Terkadang dibutuhkan momen tertentu untuk menyadari kedatangannya.
Karena dimensinya yang tidak besar, kehadiran percikan kerap terlambat disadari. Terkadang dibutuhkan momen tertentu untuk menyadari kedatangannya.
Bisa saja percikan itu disadari kehadirannya ketika tanpa sengaja, terjadi sentuhan fisik dari dua orang yang saling tertarik. Bisa juga, percikan datang ketika bangun tidur dari sebuah mimpi yang penuh pertanda.
Entah terdiri dari apakah molekul percikan ini hingga membuat manusia seakan-akan seperti sanggup membuat sebuah lampu pijar menyala sendiri hanya dengan menyentuhkan tangan.
Percikan walau belum menjadi nyala api, namun kekuatannya juga tidak dapat disepelekan.
Dan seperti suara hati yang kerap terdengar sayup-sayup, percikan juga perlu dipercaya. Agar ia dapat berkumandang dengan lantang.
Percikan walau belum menjadi nyala api, namun kekuatannya juga tidak dapat disepelekan.
Dan seperti suara hati yang kerap terdengar sayup-sayup, percikan juga perlu dipercaya. Agar ia dapat berkumandang dengan lantang.
"I saw sparks, sing it out."
Komentar
Posting Komentar