Berjumpa Kembali Dengan Soundrenaline
Akhir pekan lalu saya sedang berada di Bandung untuk sebuah urusan keluarga. Setelah urusan keluarga usai, saya pun berencana untuk jalan-jalan atau sekedar menuntaskan rindu di kota yang pernah saya tinggali selama 10 tahun sejak masih kuliah. Dan kebetulan di Bandung sedang banyak sekali acara yang berlangsung sepanjang akhir pekan. Awalnya sempat bingung mau datang ke acara yang mana, namun akhirnya saya memutuskan untuk datang ke pagelaran Soundrenaline yang bertempat di lapangan Gasibu.
Pagelaran Soundrenaline di Bandung kemarin adalah bagian dari Road to Soundrenaline yang akan berjalan ke empat kota (Bandung, Padang, Banjarmasin dan Bali) selama tiga bulan ini sebelum tiba pada acara puncak Soundrenaline yang akan diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 2013.
Alasan saya akhirnya datang ke pagelaran Road to Soundrenaline di Bandung karena saya penasaran, seperti apa kondisi Soundrenaline sekarang ini. Karena saya terakhir datang ke Soundrenaline tahun 2006 di pantai Carnaval, Ancol.
Waktu itu seingat saya, Soundrenaline mulai menggunakan beberapa panggung dalam penyelenggaraannya, seperti konsep festival musik pada umumnya. Dengan adanya beberapa panggung di satu lokasi, meningkatkan aura festival di Soundrenaline. Dimana pengunjung diharapkan untuk berkeliling dari satu panggung ke panggung lainnya sesuai minatnya masing-masing yang juga di sela-sela itu, pengunjung dapat menikmati berbagai gimmick yang telah disediakan penyelenggara, seperti saat itu ada area Meet N Greet dan juga Music Clinic.
Untuk lineup, selain menghadirkan musisi tanah air , Soundrenaline 2006 juga menghadirkan musisi dan band dari mancanegara, seperti INXS (Australia), Saw Losser (Singapore) dan Mike Tramp (Amerika Serikat). Ya, waktu itu Mike Tramp belum menjadi suami dari Ayu Azhari tapi diduga ini merupakan awal perkenalan Mike dengan Ayu. :D
Kalau dilihat dari lineup internasionalnya, sebagai sebuah festival Soundrenaline saat itu terasa kurang menggigit. Karena band mancanegara yang dihadirkan adalah band yang sudah lewat kepopulerannya bahkan ada juga yang sama sekali tidak populer di Indonesia. Dan sayangnya lineup internasional seperti itu, terulang kembali pada penyelenggaraan di tahun-tahun selanjutnya.
Untungnya di tahun 2009 pihak penyelenggara akhirnya kembali pada konsep semula: menghadirkan 100% konten lokal. Sama ketika Soundrenaline pertama kali diselenggarakan di tahun 2002 di Parkir Timur Senayan yang menghadirkan 38 band dan musisi tanah air. Karena memang lebih baik mengangkat konten lokal daripada berusaha untuk mengangkat konten dari mancanegara yang toh sebenarnya kurang menarik dan kurang dekat di masyarakat Indonesia.
Berbicara mengenai lineup di Soundrenaline, sejauh pengamatan saya, musisi atau band tanah air yang dihadirkan setiap tahunnya adalah musisi atau band tanah air papan atas yang saat itu tengah populer;sering kita jumpai di layar kaca atau yang sedang laris dipanggil manggung di banyak acara di berbagai kota di Indonesia. Tentunya ada nama-nama yang selalu ada karena kepopuleran mereka sudah berada di batas tertinggi yang tidak mungkin digoyahkan oleh band baru manapun, seperti contohnya Slank, Dewa atau Iwan Fals.
Namun, efek dari lineup yang selalu mengangkat band-band yang peredarannya lagi tinggi di masyakarat mungkin membuat sebagian kalangan masyarakat, termasuk saya, tidak begitu tertarik untuk datang ke Soundrenaline setiap tahunnya. 'Lebih baik nonton Slank di TV aja. Lebih aman, gak ada gangguan Slankers'. Begitu anggapan saya selama ini. Walaupun sebenarnya menonton Slank atau Iwan Fals secara langsung tidak dapat saya alami setiap waktu.
Saya sempat bertanya-tanya mengapa lineup Soundrenaline itu-itu saja? Apakah masih terasa spesial dengan menghadirkan band-band yang masih sering kita jumpai di event lain atau di layar kaca? Apakah jumlah penonton Soundrenaline berkurang setiap tahunnya gara-gara tidak ada perubahan lineup secara signifikan dari tahun ke tahun?
Semua pertanyaan tersebut akhirnya terjawab ketika saya menginjakkan kaki di Road to Soundrenaline di Bandung, akhir pekan kemarin. Baca cerita saya di postingan selanjutnya.
Pagelaran Soundrenaline di Bandung kemarin adalah bagian dari Road to Soundrenaline yang akan berjalan ke empat kota (Bandung, Padang, Banjarmasin dan Bali) selama tiga bulan ini sebelum tiba pada acara puncak Soundrenaline yang akan diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 2013.
Waktu itu seingat saya, Soundrenaline mulai menggunakan beberapa panggung dalam penyelenggaraannya, seperti konsep festival musik pada umumnya. Dengan adanya beberapa panggung di satu lokasi, meningkatkan aura festival di Soundrenaline. Dimana pengunjung diharapkan untuk berkeliling dari satu panggung ke panggung lainnya sesuai minatnya masing-masing yang juga di sela-sela itu, pengunjung dapat menikmati berbagai gimmick yang telah disediakan penyelenggara, seperti saat itu ada area Meet N Greet dan juga Music Clinic.
Untuk lineup, selain menghadirkan musisi tanah air , Soundrenaline 2006 juga menghadirkan musisi dan band dari mancanegara, seperti INXS (Australia), Saw Losser (Singapore) dan Mike Tramp (Amerika Serikat). Ya, waktu itu Mike Tramp belum menjadi suami dari Ayu Azhari tapi diduga ini merupakan awal perkenalan Mike dengan Ayu. :D
Kalau dilihat dari lineup internasionalnya, sebagai sebuah festival Soundrenaline saat itu terasa kurang menggigit. Karena band mancanegara yang dihadirkan adalah band yang sudah lewat kepopulerannya bahkan ada juga yang sama sekali tidak populer di Indonesia. Dan sayangnya lineup internasional seperti itu, terulang kembali pada penyelenggaraan di tahun-tahun selanjutnya.
Untungnya di tahun 2009 pihak penyelenggara akhirnya kembali pada konsep semula: menghadirkan 100% konten lokal. Sama ketika Soundrenaline pertama kali diselenggarakan di tahun 2002 di Parkir Timur Senayan yang menghadirkan 38 band dan musisi tanah air. Karena memang lebih baik mengangkat konten lokal daripada berusaha untuk mengangkat konten dari mancanegara yang toh sebenarnya kurang menarik dan kurang dekat di masyarakat Indonesia.
Berbicara mengenai lineup di Soundrenaline, sejauh pengamatan saya, musisi atau band tanah air yang dihadirkan setiap tahunnya adalah musisi atau band tanah air papan atas yang saat itu tengah populer;sering kita jumpai di layar kaca atau yang sedang laris dipanggil manggung di banyak acara di berbagai kota di Indonesia. Tentunya ada nama-nama yang selalu ada karena kepopuleran mereka sudah berada di batas tertinggi yang tidak mungkin digoyahkan oleh band baru manapun, seperti contohnya Slank, Dewa atau Iwan Fals.
Namun, efek dari lineup yang selalu mengangkat band-band yang peredarannya lagi tinggi di masyakarat mungkin membuat sebagian kalangan masyarakat, termasuk saya, tidak begitu tertarik untuk datang ke Soundrenaline setiap tahunnya. 'Lebih baik nonton Slank di TV aja. Lebih aman, gak ada gangguan Slankers'. Begitu anggapan saya selama ini. Walaupun sebenarnya menonton Slank atau Iwan Fals secara langsung tidak dapat saya alami setiap waktu.
Saya sempat bertanya-tanya mengapa lineup Soundrenaline itu-itu saja? Apakah masih terasa spesial dengan menghadirkan band-band yang masih sering kita jumpai di event lain atau di layar kaca? Apakah jumlah penonton Soundrenaline berkurang setiap tahunnya gara-gara tidak ada perubahan lineup secara signifikan dari tahun ke tahun?
Semua pertanyaan tersebut akhirnya terjawab ketika saya menginjakkan kaki di Road to Soundrenaline di Bandung, akhir pekan kemarin. Baca cerita saya di postingan selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar