Road to Soundrenaline Bandung 2013
Menyambung post saya sebelumnya, kali ini saya akan bercerita mengenai pengalaman saya di Road to Soundrenaline di kota Bandung yang berlangsung akhir pekan lalu yang bertempat di lapangan Gasibu.
Saya datang ke lapangan Gasibu sekitar pukul 5 sore. Cukup terlambat dari rencana semula. Tadinya saya ingin datang dari pukul 4 sore untuk menonton band dari teman saya Anto Arief, 70s Orgasm Club. Namun apa daya, urusan keluarga baru selesai pukul 4. Dan setibanya saya di sana, 70s Orgasm Club telah turun panggung. Begitu pun Komunal yang bermain setelah 70s Orgasm Club juga telah menyelesaikan setnya.
Dua band tersebut adalah perwakilan dari band indie asal Bandung yang turut memeriahkan Road to Soundrenaline tahun 2013. Dalam sejarahnya, Soundrenaline kerap memberikan kesempatan pada band-band indie untuk bermain di panggung besar Soundrenaline. Bagi band-band yang terbiasa manggung di berbagai acara komunitas dan panggung-panggung kecil, bermain di Soundrenaline pasti menjadi pengalaman yang berharga.
Saya sempat mengobrol dengan Anto mengenai pengalamannya usai manggung di Soundrenaline. Ia juga mengakui bermain di Soundrenaline merupakan sebuah pengalaman baru yang menurutnya dapat membuat ketagihan. Lebih lengkap mengenai obrolan singkat saya dengan Anto Arief, akan saya tulis pada post selanjutnya.
Berbicara mengenai band indie di Soundrenaline, untuk saya pribadi sebenarnya tidak menjadi agenda utama yang harus saya tonton. Karena bagi saya, menonton Soundrenaline adalah kesempatan untuk menonton band-band besar yang tidak bisa saya tonton langsung sewaktu-waktu. Walaupun begitu, saya turut senang jika ada teman-teman yang memiliki band dan mendapat kesempatan untuk bermain di acara sebesar Soundrenaline.
Saya datang saat Netral tengah tampil. Penonton sudah mulai ramai sore itu. Band setaraf Netral ditaruh di sore hari setelah penampilan dua band indie, 70s Orgasm Club dan Komunal menurut saya cukup cerdik untuk menyiasati agar penonton tiba dari awal. Netral sendiri tampil aktraktif. Panggung Soundrenaline yang besar pun tak terasa kosong walaupun hanya diisi dengan tiga orang personil Netral. Di ujung penampilannya, gitaris Choki dan Bagus meninggalkan sejenak instrumennya masing-masing untuk lalu bermain tom-tom drum pada pertengahan lagu hits mereka "Garuda di Dadaku"
Waktu menunjukkan pukul 6 sore ketika Netral undur diri dari panggung. Saatnya break magrib. Waktu break magrib ini dimanfaatkan penonton untuk berkeliling ke berbagai booth yang tersedia di venue. Saya melihat antrian yang cukup panjang pada beberapa booth. Booth yang ramai dikunjungi pengunjung salah satunya adalah booth yang dapat menyablon kaos secara langsung sesuai design yang dapat dipilih sendiri dan juga booth dari Rolling Stone Indonesia dimana pengunjung dapat menjadi sampul majalah Rolling Stone dengan berpose di studio foto dadakan yang dilengkapi dengan properti yang berbau musik.
Selain itu tersedia juga booth games seperti tebak lagu atau games ala Guitar Hero yang juga penuh oleh para pengunjung.
Di dalam venue saya juga mendapati mulai banyak Slankers dengan berbagai spanduk dari wilayahnya masing-masing yang mulai memenuhi venue. Sebagian sudah masuk ke venue dengan membayar tiket dan tertib menunggu band pujaan mereka tampil. Namun sebagian lagi, banyak yang menunggu di luar, karena tidak memiliki KTP dan yang paling klasik: gak punya uang dan nunggu 'jebolan'. Pihak keamanan Soundrenaline secara ketat terus mengawasi massa yang kian menumpuk di luar venue yang membuat kerumunan massa menjadi cukup tertib. Pihak keamanan juga menyita bambu-bambu yang digunakan untuk mengikat spanduk dalam rangka mencegah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Pihak Soundrenaline yang sudah berpengalaman selama 10 tahun terakhir menyelenggarakan acara, sudah tahu pasti apa yang mereka harus perbuat. Hal-hal yang riskan untuk menyulut kerusuhan, sebisa mungkin telah diantisipasi dari awal. Bahkan saat saya membeli air mineral di dalam venue, botolnya langsung diamankan. Jadi saya meminum air dari plastik. Langkah-langkah antisipasi keamanan ini patut diacungi jempol. Karena membuat pengunjung merasa aman di dalam venue jadi mereka dapat menikmati band-band yang tampil dengan perasaan nyaman.
Setelah break magrib usai, band 'terpanas' di Indonesia saat ini, Noah tampil di hadapan ribuan penggemarnya. Selain Slankers yang memenuhi venue, saya juga melihat kerumunan massa yang mengenakan kaos Sahabat Noah. Kebanyakan dari mereka adalah wanita. Tidak heran karena frontman Ariel adalah salah satu chick magnet kelas wahid yang sanggup membuat para wanita berbagai usia jatuh hati. Seperti saat Noah tampil di panggung Road to Soundrenaline ini, teriakan histeris yang terdengar kebanyakan suara wanita.
Kebalikan dari penggemar Noah yang kebanyakan dari jenis kelamin wanita, Paser, sebutan untuk penggemar Pas band yang tampil setelah Noah didominasi kaum pria. Band asal kota Bandung ini bermain penuh energi di kota asalnya. Penampilan mereka bertambah meriah ketika Pas memainkan lagu "Persib" yang kebetulan di hari yang sama baru saja memenangkan pertandingan.
Setelah Pas, Slank menjadi band pamungkas yang menutup kota pertama di rangkaian Road to Soundrenaline. Saat Slank tampil, mungkin sekitar 10.000 orang ada di dalam venue.
Semua orang tampak bernyanyi dan berjoget dengan gembira hingga Slank memainkan lagu penutup "Kamu Harus Pulang" setelah sebelumnya sempat jamming dengan para personil Noah dan Pas dengan memainkan lagu God Bless "Rumah Kita".
Bagi para penggemar berat dari masing-masing band dan juga bagi bandnya sendiri, Soundrenaline ibarat 'rumah kita' yang menjadi tempat untuk berpulang setiap tahunnya, setelah melalui berbagai acara dan panggung.
Setelah datang ke Road to Soundrenaline akhir pekan lalu, saya menjadi paham mengapa Slank dan berbagai band besar Indonesia selalu bermain di Soundrenaline setiap tahunnya. Karena Soundrenaline bisa dikatakan sebagai ajang Lebaran bagi para musisi dan para penggemar beratnya.
Dan bagi saya yang sebenarnya tidak dihitung sebagai penggemar berat dari band-band tersebut juga dapat menikmati berada di Soundrenaline karena keprofesionalitas dari pihak penyelenggara dan juga karena dapat merasakan aura kebahagiaan dari para penggemar yang dapat menjumpai idolanya masing-masing langsung di depan mata.
Saya datang ke lapangan Gasibu sekitar pukul 5 sore. Cukup terlambat dari rencana semula. Tadinya saya ingin datang dari pukul 4 sore untuk menonton band dari teman saya Anto Arief, 70s Orgasm Club. Namun apa daya, urusan keluarga baru selesai pukul 4. Dan setibanya saya di sana, 70s Orgasm Club telah turun panggung. Begitu pun Komunal yang bermain setelah 70s Orgasm Club juga telah menyelesaikan setnya.
Dua band tersebut adalah perwakilan dari band indie asal Bandung yang turut memeriahkan Road to Soundrenaline tahun 2013. Dalam sejarahnya, Soundrenaline kerap memberikan kesempatan pada band-band indie untuk bermain di panggung besar Soundrenaline. Bagi band-band yang terbiasa manggung di berbagai acara komunitas dan panggung-panggung kecil, bermain di Soundrenaline pasti menjadi pengalaman yang berharga.
Saya sempat mengobrol dengan Anto mengenai pengalamannya usai manggung di Soundrenaline. Ia juga mengakui bermain di Soundrenaline merupakan sebuah pengalaman baru yang menurutnya dapat membuat ketagihan. Lebih lengkap mengenai obrolan singkat saya dengan Anto Arief, akan saya tulis pada post selanjutnya.
Berbicara mengenai band indie di Soundrenaline, untuk saya pribadi sebenarnya tidak menjadi agenda utama yang harus saya tonton. Karena bagi saya, menonton Soundrenaline adalah kesempatan untuk menonton band-band besar yang tidak bisa saya tonton langsung sewaktu-waktu. Walaupun begitu, saya turut senang jika ada teman-teman yang memiliki band dan mendapat kesempatan untuk bermain di acara sebesar Soundrenaline.
Saya datang saat Netral tengah tampil. Penonton sudah mulai ramai sore itu. Band setaraf Netral ditaruh di sore hari setelah penampilan dua band indie, 70s Orgasm Club dan Komunal menurut saya cukup cerdik untuk menyiasati agar penonton tiba dari awal. Netral sendiri tampil aktraktif. Panggung Soundrenaline yang besar pun tak terasa kosong walaupun hanya diisi dengan tiga orang personil Netral. Di ujung penampilannya, gitaris Choki dan Bagus meninggalkan sejenak instrumennya masing-masing untuk lalu bermain tom-tom drum pada pertengahan lagu hits mereka "Garuda di Dadaku"
Waktu menunjukkan pukul 6 sore ketika Netral undur diri dari panggung. Saatnya break magrib. Waktu break magrib ini dimanfaatkan penonton untuk berkeliling ke berbagai booth yang tersedia di venue. Saya melihat antrian yang cukup panjang pada beberapa booth. Booth yang ramai dikunjungi pengunjung salah satunya adalah booth yang dapat menyablon kaos secara langsung sesuai design yang dapat dipilih sendiri dan juga booth dari Rolling Stone Indonesia dimana pengunjung dapat menjadi sampul majalah Rolling Stone dengan berpose di studio foto dadakan yang dilengkapi dengan properti yang berbau musik.
Selain itu tersedia juga booth games seperti tebak lagu atau games ala Guitar Hero yang juga penuh oleh para pengunjung.
Di dalam venue saya juga mendapati mulai banyak Slankers dengan berbagai spanduk dari wilayahnya masing-masing yang mulai memenuhi venue. Sebagian sudah masuk ke venue dengan membayar tiket dan tertib menunggu band pujaan mereka tampil. Namun sebagian lagi, banyak yang menunggu di luar, karena tidak memiliki KTP dan yang paling klasik: gak punya uang dan nunggu 'jebolan'. Pihak keamanan Soundrenaline secara ketat terus mengawasi massa yang kian menumpuk di luar venue yang membuat kerumunan massa menjadi cukup tertib. Pihak keamanan juga menyita bambu-bambu yang digunakan untuk mengikat spanduk dalam rangka mencegah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Pihak Soundrenaline yang sudah berpengalaman selama 10 tahun terakhir menyelenggarakan acara, sudah tahu pasti apa yang mereka harus perbuat. Hal-hal yang riskan untuk menyulut kerusuhan, sebisa mungkin telah diantisipasi dari awal. Bahkan saat saya membeli air mineral di dalam venue, botolnya langsung diamankan. Jadi saya meminum air dari plastik. Langkah-langkah antisipasi keamanan ini patut diacungi jempol. Karena membuat pengunjung merasa aman di dalam venue jadi mereka dapat menikmati band-band yang tampil dengan perasaan nyaman.
Setelah break magrib usai, band 'terpanas' di Indonesia saat ini, Noah tampil di hadapan ribuan penggemarnya. Selain Slankers yang memenuhi venue, saya juga melihat kerumunan massa yang mengenakan kaos Sahabat Noah. Kebanyakan dari mereka adalah wanita. Tidak heran karena frontman Ariel adalah salah satu chick magnet kelas wahid yang sanggup membuat para wanita berbagai usia jatuh hati. Seperti saat Noah tampil di panggung Road to Soundrenaline ini, teriakan histeris yang terdengar kebanyakan suara wanita.
Kebalikan dari penggemar Noah yang kebanyakan dari jenis kelamin wanita, Paser, sebutan untuk penggemar Pas band yang tampil setelah Noah didominasi kaum pria. Band asal kota Bandung ini bermain penuh energi di kota asalnya. Penampilan mereka bertambah meriah ketika Pas memainkan lagu "Persib" yang kebetulan di hari yang sama baru saja memenangkan pertandingan.
Setelah Pas, Slank menjadi band pamungkas yang menutup kota pertama di rangkaian Road to Soundrenaline. Saat Slank tampil, mungkin sekitar 10.000 orang ada di dalam venue.
Semua orang tampak bernyanyi dan berjoget dengan gembira hingga Slank memainkan lagu penutup "Kamu Harus Pulang" setelah sebelumnya sempat jamming dengan para personil Noah dan Pas dengan memainkan lagu God Bless "Rumah Kita".
Bagi para penggemar berat dari masing-masing band dan juga bagi bandnya sendiri, Soundrenaline ibarat 'rumah kita' yang menjadi tempat untuk berpulang setiap tahunnya, setelah melalui berbagai acara dan panggung.
Setelah datang ke Road to Soundrenaline akhir pekan lalu, saya menjadi paham mengapa Slank dan berbagai band besar Indonesia selalu bermain di Soundrenaline setiap tahunnya. Karena Soundrenaline bisa dikatakan sebagai ajang Lebaran bagi para musisi dan para penggemar beratnya.
Dan bagi saya yang sebenarnya tidak dihitung sebagai penggemar berat dari band-band tersebut juga dapat menikmati berada di Soundrenaline karena keprofesionalitas dari pihak penyelenggara dan juga karena dapat merasakan aura kebahagiaan dari para penggemar yang dapat menjumpai idolanya masing-masing langsung di depan mata.
postingan elo ini mengingatkan gue dengan sejarah gue dengan soundrenalin. dan kurang lebih yang gue rasain sama, ingin dateng ke acara ini (sebagai penonton) setelah terakhir gue dateng sebagai penonton itu adalah soundrenalin pertama di 2002. :p
BalasHapuspertama kali di 2002 gue pengen banget nonton Slank dan BIP secara live, dan pas banget 2 band itu manggung bersamaan di soundrenalin yang saat itu diadakan di kawasan senayan.
dan sebagai orang awam untuk acara festival hal yang paling gue takut saat kesana adalah slankers. tapi sejauh yang gue inget tidak ada kerusuhan apapun di penonton kala itu. tapi sebagai acara pertama boleh lah dibilang berhasil menarik banyak massa.. :)