Move On Dari Nge-band
Salah satu
pertanyaan yang paling sering ditunjukkan kepada saya dalam satu tahun terakhir
ini selain “Kapan nikah?” adalah “Nggak mau ngeband lagi?". Biasanya saya
menjawab, “Nggak sih sekarang ini. Belum mau aja”.
Semenjak saya
mengundurkan diri sebagai anggota Ballads of The Cliche di bulan Mei 2012, hingga kini saya
memang tidak atau belum berniat untuk bergabung dalam sebuah band atau
membentuk band baru.
Salah satu alasan
pengunduran diri saya adalah saya merasa lelah dalam kegiatan ngeband yang
telah saya jalani semenjak usia 14 tahun. Hingga sekarang beberapa teman ada yang masih tidak paham dan selalu bertanya, ‘kok bisa-bisanya capek dalam
bermain musik?’.
Yah memang itu
yang saya rasakan. Saya lelah akan rutininas atau kewajiban yang harus selalu
saya jalani dalam kegiatan ngeband. Seperti harus latihan, rekaman, sound
check, manggung, latihan lagi dan terus berulang. Saya tidak lagi menikmati
semua proses itu.
Setelah saya
pikirkan kembali, permasalahan tersebut muncul bukan karena saya tidak
menikmati bermain musik bersama Ballads of The Cliche yang mana orang-orang di
band tersebut adalah kerabat terdekat yang saya kenal sejak SMP.
Namun rasa letih
untuk ngeband itu datang ketika saya memiliki cita-cita di dunia musik yang
lebih dari sekedar ngeband. Saya ingin melakukan hal lain di musik selain
menjadi musisi. Dan saya percaya saya dapat menuju fase selanjutnya di dunia
musik dengan melepaskan status saya sebelumnya sebagai seorang musisi.
Musik adalah
hasrat terbesar saya. Musik tidak lagi menjadi hobi namun telah menjadi bagian
terbesar dalam kehidupan pribadi. Karena itulah, banyak keinginan atau
cita-cita yang ingin saya gapai di musik yang saya rasa akan terhambat jika
saya masih menjadi musisi atau tergabung dalam sebuah band.
Kata orang bijak:
untuk bisa berada di bab berikutnya, kita harus menutup bab sebelumnya. Seperti
buku yang tidak akan pernah selesai kita baca jika kita terus berada di bab
yang sama. Dalam istilah yang kini populer di kalangan remaja, kita harus
belajar untuk move on. Kalau dalam istilah kerennya, ini yang dinamakan the art
of letting go.
Proses melepaskan
ini memang saya akui tidak mudah. Saya ingat perlu waktu beberapa bulan untuk
memikirkan hingga lalu memutuskan untuk mengundurkan diri dari band. Rasanya
seperti mau memutuskan hubungan pacaran. Bedanya di band ada lebih dari satu
kepala yang mau tidak mau semuanya harus rela atau memahami keinginan saya
untuk menyudahi hubungan.
The art of
letting go ini saya pikir harus dikuasai oleh kita semua karena semua hal di
dunia ini memiliki akhir dan juga begitu mudahnya kita kerap terjebak dalam
zona nyaman yang mengandung status quo.
Kehidupan telah
banyak mengajarkan saya, di saat saya berani atau rela untuk melepaskan
sesuatu, ada hal yang lebih baik lagi yang telah menanti di depan sana.
Terdengar klise?
Memang. Seperti perkataan sahabat saya, Budi Warsito, hal-hal klise itu mungkin
terasa basi, namun kebenarannya sudah dibuktikan.
Karena saya telah
berani untuk melepaskan bab kehidupan sebelumnya sebagai seorang anak band demi cita-cita lain di dunia musik, kini
perlahan namun pasti semua cita-cita saya tersebut mulai tercapai.
Dari dulu saya
suka menulis musik di blog dan kini saya bisa mendapat penghasilan, diundang ke festival musik di luar negeri,
jalan-jalan di berbagai kota di Indonesia, dan mendapat banyak kenalan baru, yang
semuanya itu karena saya menulis musik di blog.
Dari dulu saya
juga suka iseng membuat mixtape dan kini kegiatan menyusun lagu-lagu tersebut menjadi sedikit lebih serius. Puji syukur banyak orang yang cocok dengan selera
musik saya dan mempercayakan saya untuk menyusun playlist di pernikahan, untuk
brand, startup musik dan juga tempat-tempat publik seperti hotel dan cafe.
Dulu saya hobi datang ke event musik, kini saya bisa mengadakan event musik sendiri. Bersama Nastasha Abigail, kami berdua di bawah nama Pasangan Baru telah menyelenggarakan event Cassette Store Day yang bekerjasama dengan Sampoerna A dan juga sesi bincang-bincang Putar Kembali Guruh Gipsy dan Badai Pasti Berlalu di tahun 2013 kemarin.
Saya percaya, semua hal baik yang mulai saya rintis sekarang ini merupakan buah dari keberhasilan saya dalam melepaskan zona nyaman dan status quo.
Jadi sekarang, jika ada teman yang bertanya “Nggak mau ngeband lagi?”, saya bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan lebih mantap, “Nggak. Saya udah move on dari nge-band”.
Jadi sekarang, jika ada teman yang bertanya “Nggak mau ngeband lagi?”, saya bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan lebih mantap, “Nggak. Saya udah move on dari nge-band”.
wah ini to alesan lo berhenti ngeband. salut, bro sukses selalu. semoga banyak yang terinspirasi ya. kadang zona nyaman malah bikin hidup terlalu "aman" wkwk
BalasHapusthanks bro. iya hidup kalo 'aman-aman' aja kurang seru ya. hehe
Hapuskok 'mario'...? :D
BalasHapusiya, dari beritasatu salah tulis. haha.
HapusSukses ya mas Rio sama kegiatan barunya, sy tau dari dulu memang berhasrat sama musik dan apapun yg dilakukan semua-nya untuk music.
BalasHapusmakasih de Una. sukses juga ya untuk studinya. :)
HapusAhahaha.. ceritanya agak-agak mirip sama gw Dims, cuma bedanya gw dari atas panggung pindah ke depan & belakang panggung. :D Tapi itu cuma salah satu cara bagi gw buat bisa belajar hal2 lain di dunia musik selain 'disiplin instrumen'. Gw merasa cetek banget dengan hal2 penting di 'belakang layar' , keputusan gw gak salah, dari situ gw jadi tau apa itu cekson, equalizer, manajemen band dan segala tetek-bengeknya.
BalasHapusSatu perbedaan lagi, tapi gw gak kapok ngeband, someday harus comeback lah.. :))
Btw, good article Dims!
Ini yang saya alami sekitar tahun 1993 ketika memutuskan untuk tutup buku sebagai anak band.......
HapusKeputusan yang sangat tepat ya Om? Btw itu pasti band-nya dulu maenin prog-rock dan personilnya pada males ngulik ya.. hehehe.. *kidding Om
Hapus@ossi: mantap, ossi. yang penting mau belajar terus ya sembari memelihara passion. ayo, ditunggu comeback lo sebagai anak band. :D thank you udah baca dan komen.
Hapus@denny sakrie: baru tau lo juga pernah ngeband, mas. bawain apa dulu?
wow, Dimas Ario yg dulu temen SMP sekarang makin menggelegar! Angkat topi, gelas juga rok tinggi buat lo Bro! Jadi berkumis ato tidak neh?
BalasHapusKeep shining bro!
hehe. thank you Feka. Sukses juga buat semua yang lo kerjain ya. Skg lagi berkumis. :))
HapusTernyata lo dulu satu band sama Kurniawan Bambang ya? Si eta balad urang dina kantor bray!
BalasHapuslha, lo kenal dimana ama Wawan? Gue ngeband bareng dia kan dari kelas tiga SMP, Fek.
HapusHalo Dimas, salam kenal!
BalasHapusGue dulu baca tulisan lo dari zaman multiply, dengerin mixtape lo di 8tracks, juga datang ke acara yang lo gagas dengan Abigail dengan nama Pasangan Baru. Gue salut dengan apa yang sudah lo dan Abigail lakukan untuk kecintaan lo dengan musik. Gue gak bisa main alat musik, tapi sebagai penikmat musik gue suka dengan proses kreatif dibalik karya musik. Terima kasih sudah berbagi pengetahuan tentang hal itu dalam tulisan-tulisan (dan event yang lo buat dengan Abigail, Cassete Store Day dan Putar Kembali Badai Pasti Berlalu).
Semoga semakin menikmati proses berkarya di musik apa pun hasil karyanya ya!
Hi Gisca
HapusSalam kenal juga. Makasih ya udah baca blog gue dari jaman Multiply dulu sampe sekarang. Dan juga sudah datang ke acara Pasangan Baru. I greatly appreciate it.
Kalau besok2 pas di acara kita ketemu, tegur2 yah. :D
Sekali2nya liat kamuh ngeben langsung di acara WWF itu kak. Yang aku minta kenalan. Hahahaha, dan ternyata itu manggung pertama dan terakhir yang bisa aku lihat ya. Sakses buat semuanyaaa.. :')
BalasHapushaha. gue juga inget tuh pas pertama kita kenalan di acara WWF. iya sayang sekali begitu, ti untuk sekarang ini. thank you ya.
HapusMixtapenya dengerin dimana mas bro?
BalasHapusbisa dilihat di sini http://dimasariomixtape.blogspot.com/
Hapus